Minggu, September 23, 2012

Perang Israel vs Iran, Siapa yang Menang.? Bag II

Senjata Nuklir Taktis Diarahkan Ke Iran
Dikonfirmasi dengan dokumen militer serta laporan resmi, baik AS maupun Israel memikirkan penggunaan senjata nuklir yang diarahkan terhadap Iran. Pada tahun 2006, Komando Strategis AS (USSTRATCOM) mengumumkan pihaknya telah mencapai kemampuan operasional untuk mentargetkan sasaran secara cepat dengan menggunakan senjata nuklir atau senjata konvensional ke seluruh dunia. Pengumuman ini dibuat setelah melakukan simulasi militer yang berkaitan dengan serangan nuklir yang dipimpin AS terhadap negara fiktif. (David Ruppe, Preemptive Nuclear War in a State of Readiness: U.S. Command Declares Global Strike Capability, Global Security Newswire, December 2, 2005).

Kesinambungan dalam hubungannya dengan era Bush-Cheney: Presiden Obama telah mendukung sebagian besar doktrin pre-emptive penggunaan senjata nuklir yang dirumuskan oleh pemerintahan sebelumnya. Di bawah the 2010 Nuclear Posture Review, pemerintahan Obama menegaskan "bahwa itu merupakan pesan berupa hak untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Iran" sebagai risiko ketidak-kepatuhan Iran terhadap tuntutan AS mengenai program dugaan (tidak ada) senjata nuklir.
(U.S. Nuclear Option on Iran Linked to Israeli Attack Threat – IPS ipsnews.net, April 23, 2010).

Pemerintahan Obama juga mengisyaratkan akan menggunakan nuklir dalam hal Iran merespon atas serangan Israel kepada Iran. (Ibid). Israel juga membuat sendiri "rencana rahasia" untuk membom Iran dengan senjata nuklir taktis.

Sumber-sumber senior mengatakan ""Komandan militer Israel yakin serangan konvensional mungkin tidak lagi cukup untuk memusnahkan fasilitas pengayaan yang semakin baik dipertahankan. Beberapa telah dibangun di bawah tanah minimal 70 kaki dari beton dan batu. Namun, the nuclear-tipped bunker-busters akan digunakan hanya jika serangan konvensional dikesampingkan dan jika AS menolak untuk campur tangan."(Revealed: Israel plans nuclear strike on Iran – Times Online, January 7, 2007).

Pernyataan Obama tentang penggunaan senjata nuklir terhadap Iran dan Korea Utara konsisten dengan doktrin senjata nuklir AS pasca 9/11 yang memungkinkan untuk penggunaan senjata nuklir taktis di medan perang konvensional.

Melalui kampanye propaganda yang telah meminta dukungan dari "otoritatif" ilmuwan nuklir, senjata nuklir mini itu didukung sebagai instrumen perdamaian, yaitu sarana untuk memerangi "terorisme Islam" dan mengukuhkan "demokrasi" gaya Barat di Iran. Nuklir low-yield telah dibersihkan untuk "digunakan di medan perang". Senjata nuklir tersebut dijadwalkan akan digunakan Amerika terhadap Iran dan Suriah dalam tahap berikutnya, disamping senjata konvensional dalam "perang melawan Terorisme".

"Para pejabat pemerintah menyatakana senjata nuklir low-yield diperlukan sebagai pencegah yang kredibel terhadap negara-negara nakal (Iran, Suriah, Korea Utara). Logika mereka adalah, senjata nuklir yang ada, terlalu destruktif untuk digunakan kecuali dalam perang nuklir yang berskala penuh. Musuh-musuh potensial menyadari hal ini, sehingga mereka tidak memperhitungkan ancaman pembalasan nuklir dapat dipercaya. Namun, senjata-senjata low-yield kurang daya merusaknya, sehingga dapat dipikirkan untuk digunakan. Dengan demikian akan menjadikan mereka lebih efektif sebagai senjata penangkal." (Opponents Surprised By Elimination of Nuke Research Funds Defense News November 29, 2004).

Pemilihan penggunaan senjata nuklir terhadap Iran berupa senjata nuklir taktis (buatan Amerika), yaitu bunker buster bom dengan hulu ledak nuklir (misalnya B61-11), dengan kapasitas peledak antara sepertiga sampai enam kali bom Hiroshima. The B61-11 adalah "versi nuklir" dari "konvensional" BLU 113 atau Unit Pemandu Bom GBU-28.. Bom ini dapat dibawa dengan cara yang sama seperti bunker buster bom konvensional.
(http://www.globalresearch.ca/articles/CHO112C.html, see also http://www.thebulletin.org/article_nn.php?art_ofn=jf03norris
Bom B61-11 "earth penetrator" di Pesawat B-2

AS tidak menggunakan senjata termonuklir strategis terhadap Iran, namun Israel bisa saja menggunakan bom termonuklir dalam perang dengan Iran. Dengan sistem rudal Jericho-III Israel yang jangkauannya berkisar antara 4.800 km sampai 6.500 km, maka semua wilayah Iran berada dalam jangkauan.

Jatuhan Radioaktif
Persoalan jatuhan radioaktif dan kontaminasi (meski dikesampingkan oleh analis militer AS-NATO), dampaknya bisa menghancurkan dan berpotensi merusak wilayah yang luas di Timur Tengah termasuk Israel dan Asia Tengah.

namun dengan logika yang diplintir, senjata nuklir akan dinyatakan sebagai sarana untuk membangun perdamaian dan mencegah "kerusakan kolateral". Tidak ada senjata nuklir Iran apalagi merupakan ancaman bagi keamanan global, sebaliknya AS dan Israel adalah instrumen perdamaian yang "tidak membahayakan bagi penduduk sipil di sekitarnya".

"The Mother of All Bombs" (MOAB) untuk Iran"
Signifikansi militer senjata konvensional dalam angkatan bersenjata Amerika adalah 21.500-pon "senjata rakasa" dijuluki GBU-43/B or Massive Ordnance Air Blast bomb (MOAB) dikategorikan "sebagai senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dirancang" sebagai arsenal konvensional terbesar di AS. MOAB diuji awal Maret 2003 sebelum dikirim ke medan perang Irak. Menurut sumber-sumber militer AS, Kepala Staf Gabungan telah memberitahu pemerintah Saddam Hussein sebelum diluncurkan tahun 2003 bahwa "The Mother of All Bombs" (MOAB)" akan digunakan terhadap Irak. (Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa MOAB telah digunakan di Irak).

Departemen Pertahanan AS telah mengkonfirmasi pada bulan Oktober 2009, bermaksud untuk menggunakan MOAB/GBU-43/B terhadap Iran. Dikatakannya MOAB "ideal untuk mengubur fasilitas nuklir seperti Natanz atau Qom di Iran" (Jonathan Karl, Is the U.S. Preparing to Bomb Iran? ABC News, October 9, 2009). MOAB dengan daya ledaknya yang dasyat, akan mengakibatkan korban sipil yang sangat besar. Ini adalah "mesin pembunuh" konvensional dengan jenis awan jamur nuklir.

Pengadaan empat MOAB ditugaskan pada bulan Oktober 2009 dengan biaya yang cukup besar sejumlah US$,58,4 juta ($ 14,6 juta untuk masing-masing bom). Jumlah ini termasuk untuk membiaya pengembangan dan pengujian serta integrasi bom MOAB ke pembom siluman B-2. (ibid). pengadaan ini berkaitan langsung dengan persiapan perang dalam hubungannya dengan Iran. Pemberitahuan dimuat dalam sebuah "reprogramming memo" setebal 93 halaman termasuk instruksi berikut ini: "Departemen memiliki sebuah Urgent Operational Need (UON) yang berkemampuan menyerang sasaran keras di daerah yang tinggi tingkat ancamannya dan sekaligus menguburkannya. Massive Ordnance Penetrator (MOP) adalah senjata pilihan yang memenuhi persyaratan UON [Urgent Operational Need]".

Permintaan tersebut didukung oleh Komando Pasifik (yang memiliki tanggung jawab atas Korea Utara) dan Komando Sentral (yang memiliki tanggung jawab atas Iran). (ABC News, op cit, emphasis added). Pentagon merencanakan sebuah proses kehancuran infrastruktur Iran dan korban massal sipil melalui penggunaan gabungan nuklir taktis dan bom konvensional rakasa awan jamur, termasuk MOAB dan yang lebih besar lagi yaitu GBU-57a/B atau Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang melampaui MOAB dalam hal kapasitas daya ledaknya.

MOP digambarkan sebagai "sebuah bom baru yang kuat dan tepat sasaran untuk menghantam fasilitas nuklir bawah tanah Iran dan Korea Utara. Bom raksasa yang ukuran panjangnya lebih dari 11 orang duduk berdempetan bahu-ke-bahu atau lebih dari 20 kaki dari lantai ke hidung" (See Edwin Black, "Super Bunker-Buster Bombs Fast-Tracked for Possible Use Against Iran and North Korea Nuclear Programs).
Mother Of All Bombs – MOAB

Ini adalah WMD dalam artian yang sebenarnya. Tujuannya tidak begitu tersembunyi dari MOAB dan MOP, termasuk penggunaan nama julukan Amerika untuk menggambarkan secara sederhana bahwa MOAB ("ibu dari semua bom'), adalah "pemusnah massal" dan korban sipil secara massal dengan maksud untuk menanamkan rasa takut dan putus asa.

Perang Menjadi Mungkin Dengan Teknologi Baru
Proses pengambilan keputusan militer AS dalam hubungannya dengan Iran ini didukung oleh Star Wars, militerisasi ruang angkasa dan revolusi dalam komunikasi serta sistem informasi. Mengingat kemajuan teknologi militer dan pengembangan sistem senjata baru, serangan terhadap Iran bisa secara signifikan berbeda dalam hal sistem senjata, bila dibandingkan dengan Blitzkrieg yang dilancarkan pada bulan Maret 2003 terhadap Irak, operasi militer terhadap Iran dijadwalkan untuk menggunakan sistem senjata yang paling canggih untuk mendukung serangan udara tersebut. Dan dalam semua kemungkinan, sistem senjata baru akan diuji.

Dokumen The 2000 Project of the New American Century – Proyek Tahun 2000 Abad Baru Amerika yang berjudul "Rebuilding American Defenses"., menguraikan mandat militer AS dalam hal medan perang berskala besar, yang akan dilancarkan secara bersamaan di berbagai wilayah Dunia: "Memenangkan Beberapa pertempuran dengan meyakinkan secara simultan dalam beberapa medan perang."
Formulasi ini berupa penaklukan perang global oleh kekaisaran adidaya tunggal. Dokumen PNAC juga menyerukan transformasi pasukan AS untuk mengeksploitasi "revolusi dalam urusan militer", yaitu penerapan "perang yang dimungkinkan melalui teknologi baru" (See Project for a New American Century, Rebuilding Americas Defenses Washington DC, September 2000, pdf). Yang terakhir ini terdiri dari pengembangan dan penyempurnaan kecanggihan mesin pembunuh global berdasarkan gudang persenjataan baru yang canggih, yang pada akhirnya akan menggantikan paradigma yang ada.

"Dengan demikian, dapat diramalkan bahwa proses transformasi justru akan menjadi proses dua-tahap:. Pertama transisi, yaitu transformasi yang lebih menyeluruh. Titik nyaman akan datang ketika jumlah yang lebih besar sistem senjata baru mulai memasuki masa tugasnya, mungkin ketika, misalnya, pesawat udara tak berawak mulai banyak menjadi biasa seperti pesawat berawak. Dalam hal ini, Pentagon harus sangat berhati-hati melakukan investasi besar dalam program-program baru misalnya -tank, pesawat, kapal induk,- dimana pasukan AS akan berkomitmen melakukan paradigma baru untuk berperang selama beberapa dekade yang akan datang. (ibid, penekanan ditambahkan).

Perang dengan Iran memang bisa menandai breakpoint penting ini, dengan sistem senjata baru yang berpangkalan di angkasa dipergunakan untuk melumpuhkan musuh yang memiliki kemampuan konvensional militer yang signifikan yang jumlahnya lebih dari setengah juta pasukan darat.

Senjata Elektromagnetik
Senjata elektromagnetik dapat digunakan untuk mengacaukan sistem komunikasi Iran, menonaktifkan pembangkit tenaga listrik, merusak dan mengacaukan komando serta kontrol, infrastruktur pemerintah, transportasi, energi, dll. Dalam jenis senjata yang sama, teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) (peperangan cuaca) yang dikembangkan berdasarkan program HAARP juga bisa diterapkan. (Lihat Chossudovsky Michel, "Owning the Weather" for Military Use, Global Research, September 27, 2004). Sistem senjata ini sepenuhnya operasional. Dalam konteks ini, dokumen Angkatan Udara AS yakni AF 2025 secara eksplisit membenarkan aplikasi militer dengan teknologi modifikasi cuaca.

"Modifikasi Cuaca akan menjadi bagian dari keamanan domestik dan internasional dan bisa dilakukan secara sepihak … Senjata ini bisa aplikasikan baik secara ofensif maupun defensif dan bahkan dapat digunakan untuk tujuan pencegahan. Senjata ini berkemampuan menghasilkan curah hujan, kabut, dan badai di bumi atau mengubah ruang cuaca, meningkatkan komunikasi melalui modifikasi ionosfir (penggunaan cermin ionosfir), serta produksi cuaca buatan, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari serangkaian teknologi terpadu yang dapat memberikan peningkatan penting dalam kemampuan AS atau dalam menundukkan musuh, juga untuk mencapai kesadaran global, jangkauan, dan kekuasaan. " (Air Force 2025 Final Report, See also US Air Force: Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025, AF2025 v3c15-1 (Weather as a Force Multiplier: Owning…)(Ch 1) at www.fas.org).

Radiasi elektromagnetik memungkinkan melakukan "gangguan kesehatan dari jarak jauh" mungkin juga dipikirkan untuk digunakan dalam medan perang. (See Mojmir Babacek, Electromagnetic and Informational Weapons:, Global Research, August 6, 2004). Pada gilirannya, penggunaan baru senjata biologis oleh militer AS juga akan dipertimbangkan seperti yang disarankan oleh PNAC: "Lebih lanjut bentuk peperangan biologis dapat "mentargetkan" genotipe tertentu yang mungkin mengubah perang biologis dari dunia teror menjadi alat politik yang berguna." (PNAC cit, op, hal. 60).

Misil Jarak Menengah dan Jauh Iran
Kemampuan militer Iran telah maju, termasuk misil jarak menengah dan jauh yang mampu mencapai sasaran di Israel dan negara-negara Teluk. Karena itu perhatian aliansi AS-NATO Israel pada penggunaan senjata nuklir, yang dijadwalkan akan digunakan baik secara pre-emptive maupun sebagai respons pembalasan terhadap serangan rudal Iran.
Shahab Missiles, Iran

Pada bulan November 2006, Iran menguji-coba dua rudal permukaan yang dilakukan bertahap dengan operasi perencanaan yang tepat dan hati-hati. Menurut seorang ahli rudal senior Amerika (dikutip oleh Debka), "Iran memperlihatkan up-to-date teknologi peluncur-rudal dimana Barat tidak mengetahui bahwa Iran memilikinya." (See Michel Chossudovsky, Iran's "Power of Deterrence" Global Research, November 5, 2006) Israel acknowledged that "the Shehab-3, whose 2,000-km range brings Israel, the Middle East and Europe within reach" (Debka, November 5, 2006).

Menurut Uzi Rubin, mantan kepala program misil anti-balistik Israel, "Intensitas latihan militer belum pernah terjadi sebelumnya … Hal itu dimaksudkan untuk membuat kesan dan berhasil membuat kesan." (www.cnsnews.com 3 November 2006). Latihan tahun 2006, sekaligus menciptakan sebuah gelora politik di AS dan Israel, dengan cara apa pun tidak mengubah keputusan AS-NATO-Israel untuk melancarkan perang terhadap Iran.
Teheran telah menegaskan dalam beberapa pernyataannya, Iran akan merespon jika diserang. Israel akan menjadi tujuan langsung dari serangan rudal Iran seperti ditegaskan oleh pemerintah Iran. Oleh karena itu persoalan sistem pertahanan udara Israel penting. AS dan fasilitas militer Sekutu di negara-negara Teluk seperti Turki, Arab Saudi, Afghanistan dan Irak juga bisa menjadi sasaran target Iran.

Angkatan Darat Iran
Wilayah Iran dikelilingi pangkalan militer AS dan Sekutu, Iran memiliki kemampuan militer yang signifikan. Yang penting untuk diketahui adalah jumlah kekuatan angkatan bersenjata Iran (Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara), dibandingkan dengan pasukan AS dan NATO yang bertugas di Afghanistan dan Irak.

Menghadapi sebuah pemberontakan yang terorganisir, pasukan koalisi sudah kewalahan di Afghanistan dan Irak. Apakah kekuatan ini mampu mengatasi jika pasukan darat Iran memasuki medan perang yang ada di Irak dan Afghanistan? Potensi gerakan perlawanan terhadap AS dan sekutu pendudukan pasti akan terpengaruh.

Pasukan darat Iran 700.000 orang, sejumlah 130.000 orang tentara profesional, 220.000 wajib militer dan 350.000 tentara cadangan. (See Islamic Republic of Iran Army – Wikipedia). Ada 18.000 personil Angkatan Laut dan 52.000 angkatan udara Iran. Menurut International Institute for Strategic Studies, Iran "memiliki Pengawal Revolusi yang diperkirakan berjumlah 125.000 personil dalam lima Angkatan: Mereka punya Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pasukan Darat sendiri serta Pasukan Quds (Pasukan Khusus)". Menurut CISS, Basij yaitu sukarelawan paramiliter Iran berkekuatan 90.000 orang berseragam aktif bertugas dan dikontrol oleh Pengawal Revolusi. 300.000 cadangan dan total 11 juta orang yang dapat dimobilisasi jika diperlukan" (Armed Forces of the Islamic Republic of Iran – Wikipedia). Dengan kata lain, Iran bisa memobilisasi sampai setengah juta pasukan reguler dan beberapa juta milisi. Pasukan khusus Quds sudah beroperasi di Irak.
Tentara Iran

Pengepungan Iran
Dalam beberapa tahun ini Iran telah melakukan latihan perang sendiri. Sementara Angkatan Udaranya memiliki kelemahan, namun rudal jarak menengah dan jauh sepenuhnya operasional. Militer Iran dalam keadaan siap. Pemusatan pasukan Iran berada dalam jarak beberapa kilometer dari perbatasan Irak dan Afghanistan dan dekat perbatasan Kuwait. Angkatan Laut Iran dikerahkan ke Teluk Persia dengan jarak yang dekat kepada fasilitas militer AS dan Sekutu di Uni Emirat Arab.

Perlu dicatat bahwa dalam menanggapi peningkatan jumlah besar militer Iran, AS telah mengirim senjata ke Sekutu non-anggota NATO di Teluk Persia termasuk Kuwait dan Arab Saudi.

Senjata canggih Iran tidak sebanding dengan AS dan NATO, namun pasukan Iran berada dalam posisi untuk menimbulkan kerugian besar terhadap pasukan koalisi dalam sebuah medan perang konvensional, di wilayah Irak atau Afghanistan.
Pasukan darat Iran dan tank pada bulan Desember 2009 melintasi perbatasan masuk ke wilayah Irak tanpa dihadapi atau ditantang oleh pasukan Sekutu dan menduduki wilayah sengketa di ladang minyak Maysan Timur.

Amerika bisa melakukan Blitzkrieg (Serangan Kilat), dengan target fasilitas militer Iran, sistem komunikasinya dll, melalui pemboman udara besar-besaran, dengan menggunakan rudal jelajah, bom bunker buster konvensional dan senjata nuklir taktis. Namun perang dengan Iran, sekali dimulai, akhirnya akan mengarah menjadi perang darat. Ini merupakan sesuatu hal dimana perencana militer AS yakin hal tersebut harus masuk ke dalam skenario simulasi perang mereka.

Jenis operasi ini akan mengakibatkan korban militer dan sipil yang signifikan, terutama jika menggunakan senjata nuklir. Anggaran yang membengkak untuk membiayai perang di Afghanistan saat ini diperdebatkan di Kongres AS juga dimaksudkan untuk digunakan dalam kemungkinan serangan terhadap Iran.

Dalam skenario eskalasi, pasukan Iran dapat menyeberang ke perbatasan Irak dan Afghanistan. Pada gilirannya, eskalasi militer dengan menggunakan senjata nuklir bisa membawa kita ke dalam sebuah skenario Perang Dunia 3, meluas di luar kawasan Timur Tengah Asia Tengah. Dalam arti yang sangat nyata, proyek militer ini, yang digambarkan Pentagon selama lebih dari lima tahun, mengancam masa depan kemanusiaan. Faktanya, persiapan perang telah sempurna dan dalam keadaan siap, namun tidak berarti bahwa mereka akan melakukannya sesuai dengan rencana.

Aliansi AS-NATO-Israel menyadari musuh memiliki kemampuan yang signifikan untuk merespon dan membalas. Faktor ini penting dalam mengambil keputusan (selama lima tahun terakhir), baik oleh AS maupun Sekutunya untuk menunda serangan terhadap Iran. Faktor penting lainnya adalah kerangka aliansi militer. Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), aliansi antara Rusia – Cina dan sejumlah negara eks Republik Soviet (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan), India, Iran, Mongolia dan Pakistan), mulai merapatkan barisan. Banyak yang berpendapat organisasi ini merupakan penyeimbang kekuatan dari organisasi NATO dan Amerika Serikat.

Untuk itulah AS terus-menerus melakukan ancaman langsung ditujukan kepada Cina dan Rusia, untuk melemahkan SCO dan mencegah segala bentuk aksi militer sebagai pihak sekutu yang akan membela Iran, dalam hal terjadinya serangan NATO-AS-Israel.
Skenario Perang Timur Tengah Meluas

Terpilihnya Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia, merupakan mimpi buruk bagi skenario aliansi NATO-AS-Israel. Putin terang terangan menentang rencana AS-NATO untuk menjatuhkan Presiden Bashar Assad di Suriah. Toleransi Putin atas sepak terjang AS dan NATO di Timur Tengah, dianggap telah cukup.

Jika Suriah ambruk, Rusia harus mengatur ulang geo politikknya di Timur Tengah. Padahal teater perang mereka di Eropa Timur pasca runtuhnya Uni Soviet, masih berlubang-lubang. AS, NATO dan Israel bisa saja terus memperlemah kekuatan SCO (Rusia-China) demi menggelar skenario besar menghantam Iran, yang bisa berujung pada perang dunia ketiga. Kekuatan sentral dalam mencegah terjadinya perang pada akhirnya harus datang dari dalam masyarakat Internasional.


Rakyat harus memobilisir tidak hanya terhadap agenda militer jahat, namun juga harus menentang otoritas negara dan pejabat yang menyokong perang. Perang ini dapat dicegah jika rakyat bersikap tegas dalam menghadapi pemerintah, memberikan tekanan kepada wakil rakyat, mengorganisir di tingkat lokal di perkotaan dan pedesaan, menyebarkan berita, menginformasikan sesama warga mengenai implikasi perang nuklir, memulai debat dan diskusi dalam upaya mencegah perang di dalam angkatan bersenjata.

Sumber
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 9/23/2012 12:25:00 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Xpresikan Komentar sobat disini sesuka hati, sesuai dengan Tuntunan Demokrasi dan tanpa menyakiti siapapun yang tak layak disakiti !!!
No Spam
No Life Link
No Sara
No Teror