Pada tanggal 8 Mei silam, kita membaca berita, seorabng komedian terkenal kita Abah Us Us, menutup mata. Kini ia telah istirahat abadi di pemakaman keluarga di Ujung Berung, Bandung. Dia atasnya masih penuh dengan krans. Sebuah prosesi yang sederhanay telah dilalui oleh beliau.
Kematian, adalah sesuatu kepastian. dan saat itulah kita mengenang jasa-jasa baik sang mayat. Baik dikenang, buruk dilupa. Doa dijunjung amal disebut. Selalu begitu.
Seorang seniman seperti Abah Us Us, sepanjang hidupnya hanya untuk menghibur orang lain. Kita tak tau ketika seorang artis bersedih, siapakah yang menghiburnya.
Yang pasti ketika sang bintang berpulang, kita menghormatinya. Kekhusyu'an itu tercermin dari tertibnya kita berdoa.
Dan lihatlah dalam film-film, setiasp ada upacara pemakaman, semua begitu tertib, begitu khidmat dan agung. Atau dalam dunia nyata, kenanglah prosesi pemakaman Lady Di. Begitu indah, tertib, aroma kesedihan menyembul dari raut wajah pelayat. Semua rela berdiri memberi penghormatan terakhirnya. , begitu pula ketika prosesi pemakaman sang raja pop Michael Jackson berlangsung. Kata-kata perpisahan dari semua sahabatnya, terutama anak-anak almarhum, membuat kita menguras air mata.
Tapi kenapa, hal itu tak pernah terekam dalam prosesi pemakaman bintang-bintang besar Indonesia. Ketika pemakaman Benyamin S, Dono, Kasino, DOdo Zakaria, bahkan Chrisye, semua prosesi berjalan kehilangan kekhidmatannya.
Kalau saja rekaman pemakaman itu bisa disiarkan lagi, bagaimana para handaitaulan dan kerabat tak memberi tempat yang nyaman untuk keluarga. Mereka semua bahwa terekam kamera sedang asyik ngobrol dan terkekeh-kekeh. Bahkan, para pengusung jenazah Chisye hampir tergelincir karena sulit menapak diantara kerumunan umat. Hilang khusuk.
Seharusnyalah, memberi penghargaan tak hanya sekadar mengantar artis tersebut dengat baik, tapi jauh dari itu, kita bisa membuka karir sang bintang, mempelajari sepak terjangnya, dan kebaikannya yang lain.
Kita jangan hanya mengingat peniti besar yang di selempangkan oleh Abah Us Us dallam setiap penampilannya, tapi kita juga harus membaca ceritanya, sekitar dua pekan sebelum dia pergi, di sebuah televisi, si Abah berkisah, "Hidup mah harus tetep semangat, biar Abah 71 tahun, tapi tetap semangat. Ya ternyata semangat adalah sebuah aba-aba untuk kita selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Semoga jika nanti ada artis yang harus pergi, kita mengantarkannya dalam cita rasa yang takzim.
Selain dikenal dengan gaya humor yang khas, sosok pentolan grup komedi D'Bodor, Abah Us Us, juga dikenal suka membaca buku-buku seputar dunia komedi.
"Pengetahuan dia soal komedi sangat luas. Dia sangat suka baca buku-buku soal komedi," kata salah seorang personel grup komedi D'Kabayan, Aom Kusman, saat dihubungi detikbandung via telepon, Sabtu (8/5/2010).
Bagi Aom, Abah Us Us bukan salah seorang inspirator dirinya dalam dunia komedi. Diakuinya Abah Us Us terbilang fenomenal di era 60an. "Dia Jerry Lewis-nya Indonesia," kata Aom.
Abah Us Us menghembuskan nafas terakhirnya, Sabtu (8/5/2010), pukul 06.55 WIB akibat penyakit jantung. Jenazah rencananya akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ujung Berung, setelah disemayamkan di Kota Wisata.(ahy/ern)
Sebelumnya rekan Abah Us-Us dalam D'Bodors Yan Asmi telah lebih dulu menghadap Illahi pada 29 Maret 2010.
Prosesi pemakaman komedian senior Abah Us Us (71) di tempat pemakaman keluarga, Jalan Cirengot, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cinambo, diiringi hujan gerimis. Ratusan warga pun ikut mengantar kepergian budayawan sunda tersebut ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Kang Kusye, rekan Abah Us Us di D'Bodor terlihat memapah istri Abah Us Us, R Iyus Rohana (67), yang tak bisa menahan duka. Tampak anak pertama Abah Us Us, Erie Djaka (39), membantu proses pemakaman yang mulai berlangsung saat adzan Ashar berkumandang. Bahkan Kang Ibing, masuk ke dalam liang lahat untuk membantu memasukan jenazah.
Tampak beberapa rekan almarhum seperti Aom Kusman, Rudi Djamil, dan Sup Yusuf hadir. "Jangan menangis, jangan menangis," ujar Kang Ibing meminta semua orang untuk tak menangis.
Raden Mohammad Yusuf atau dikenal dengan nama Abah Us Us merupakan perokok dan penggemar berat kopi. Meski sakit, ia tidak pernah mengeluh kepada keluarga.
"Abah sehat walafiat meskipun perokok berat, pengopi berat," kata putra sulung Abah Us Us, Erie Djaka saat ditemui di pemakaman, Sabtu (8/5/2010).
Dua malam terakhir, jelas Erie, meski sudah terlihat sesak nafas, Abah Us Us masih saja merokok dan minum kopi. "Bedanya baru seperempat, setengah sudah dibuang nggak habis," katanya.
Bulan Oktober 2009, keluarga sempat memeriksakan kesehatan komedian yang dikenal dengan peniti besarnya. Hasilnya terdapat flek di sekitar paru-paru.
"Baru kemarin masuk rumah sakit, jantungnya sudah membesar, bengkak," jelas Erie.
Senada dengan Erie, anak kedua Ira Kania Defira menuturkan sosok Abah Us Us di matanya terlihat tegar menghadapi penyakit yang dideritanya. "Di depan
anak-anaknya dia tidak pernah mengeluh sakit," katanya.
Pada 1970-an, Raden Achmad Yusuf Wargapranata alias Abah Us Us, bersama Rudy Djamil dan Yus Yusuf mendirikan D'Bodor. Pada 13 Juni mendatang, Abah Us Us tepat berusia 71 tahun. Ia lahir di Bandung.
Sepanjang hidupnya komedian yang dikenal dengan ikon peniti besarnya itu, pernah membintangi sejumlah film di antaranya Darah Tinggi (1960), Benyamin Biang Kerok (1972), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Permata Bunda (1974), Ali Baba (1974), Keluarga Sinting (1975), Maju Kena Mundur Kena (1983), Pokoknya Beres (1983), Tahu Diri Dong (1984), dan Jual Tampang (1990).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Xpresikan Komentar sobat disini sesuka hati, sesuai dengan Tuntunan Demokrasi dan tanpa menyakiti siapapun yang tak layak disakiti !!!
No Spam
No Life Link
No Sara
No Teror