Ilmuwan akan membuat matahari di bumi dalam beberapa bulan ke depan dengan menggunakan laser terbesar di dunia berukuran tiga kali lapangan sepak bola Amerika.
Ledakan energi yang dihasilkannya bakal setara dengan sebuah bom hidrogen atau panas dan tekanan yang ditemukan dalam inti matahari. Laser terbesar di dunia yang baru selesai dibuat pada awal April ini adalah “senjata” andalan Departemen Energi Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan energi negaranya yang terus meningkat pesat.
Rangkaian laser itu dibangun dalam National Ignition Facility (NIF) di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, California, selama lebih dari 12 tahun dengan biaya tak kurang dari Rp 39,6 triliun.
Laser itu diperkirakan mampu membuat para ilmuwan mencapai reaksi fusi di laboratorium dan memperoleh energi yang jauh lebih besar ketimbang energi yang digunakan untuk menghasilkannya.
Reaksi nuklir yang diciptakan fasilitas tersebut mirip dengan apa yang terjadi di perut matahari.
Untuk menghasilkan energi bintang itu, para ilmuwan membuat fasilitas seluas lapangan sepak bola, terdiri atas 192 pemancar laser, yang masing-masing mampu menempuh jarak lebih dari 300 meter dalam seper 1.000 detik.
Laser yang difokuskan untuk menembaki sebuah target sebesar karet penghapus di ujung pensil secara simultan ini mampu menghasilkan temperatur lebih dari 100 juta derajat Celsius. Target itu terpasang di pusat bola bilik target yang beratnya lebih dari 450 ribu kilogram dan diperkuat dengan lapisan beton. “Tergantung bagaimana Anda menghitungnya, laser ini 60 sampai 100 kali lipat lebih energetik daripada sistem laser mana pun yang pernah dibuat,” kata Edward Moses, salah satu direktur NIF.
Pancaran dari 192 laser NIF menghasilkan energi 60-70 kali lebih besar daripada sistem 60 pancaran laser di University of Rochester, New York, sistem laser terkuat nomor dua. Laser NIF hanya dapat disaingi fasilitas serupa di Prancis, yang menggunakan sistem 240 pancaran laser. Fasilitas yang kini dalam proses pembangunan dan direncanakan selesai pada 2010 itu diberi nama Laser Megajoule.
Selesainya NIF membuka pintu bagi penemuan dan pencapaian ilmiah yang menjanjikan dan mengurangi ketergantungan Amerika pada minyak luar negeri sekaligus terobosan baru dalam dunia astrofisika, ilmu material, dan sederet disiplin ilmu lainnya. Fasilitas ini memang juga bertujuan mengungkap rahasia reaksi fusi nuklir. Fusi nuklir adalah sejenis reaksi yang membuat bom hidrogen amat mematikan, namun para ilmuwan hanya akan menggunakannya untuk kepentingan sipil.
Bila NIF dapat membuktikan bahwa fusi nuklir bisa dikendalikan, teknologi itu akan menjadi solusi yang aman untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Pembangkit tenaga fusi tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, beroperasi tanpa henti, dan memproduksi residu radiokatif tidak berbahaya dan berumur singkat dibanding pembangkit listrik yang ada sekarang. “Selesainya fasilitas ini adalah sebuah tonggak bersejarah yang akan membuat Amerika lebih aman dan lebih independen dari segi energi,” kata Thomas D’Agostino, Kepala National Nuclear Security Administration.
Dalam situsnya, NIF menyatakan satu galon air laut akan menghasilkan energi setara dengan 300 galon bensin. Bahan bakar dari 50 cangkir air mengandung energi setara dua ton batu bara.
Untuk membuktikan bahwa sistem laser ini sumber energi yang dapat diandalkan, para ilmuwan akan mengawali sebuah reaksi yang menciptakan energi yang jauh lebih besar ketimbang tenaga yang diperlukan untuk menyalakan laser itu. Mereka menargetkan energi return setidaknya 10 persen.
Beberapa Bulan ke depan, para ilmuwan NIF akan mengadakan sebuah eksperimen untuk menyalakan bintang kecil buatan manusia di laboratorium tersebut dan memicu reaksi termonuklir. Mereka berharap eksperimen ini bisa membangkitkan energi lebih dari 100 juta derajat Celsius dan tekanan miliaran kali lipat lebih tinggi daripada tekanan apa pun di muka bumi ini, dari bahan bakar yang besarnya tak lebih dari kepala jarum pentul. Jika sukses, percobaan itu akan menandai langkah pertama menuju stasiun pembangkit energi fusi nuklir, sumber energi yang nyaris tak terbatas.
Uji coba tersebut akan diikuti serangkaian eksperimen dengan tenaga yang dinaikkan secara bertahap dan mencapai puncaknya pada 2010 untuk mencapai penyalaan fusi, cukupnya panas dan tekanan untuk menggabungkan atom-atom hidrogen dalam sebuah target berupa silinder kecil sehingga lebih banyak energi yang dilepas.
Reaksi fusi semacam itulah yang terjadi di inti matahari atau ketika sebuah bom hidrogen meledak. Energi yang dihasilkan dari penggabungan atom ini dianggap jauh lebih aman dan bersih ketimbang membelahnya. “Kami menciptakan kondisi yang ada di dalam inti matahari,” kata Moses. “Ini tak ubahnya menyadap energi surya sesungguhnya karena reaksi fusi adalah sumber semua energi yang ada di dunia.”
Jika sukses, laboratorium berharap proyek yang telah berjalan selama 5 tahun akan mengantarkan keluaran energi yang bisa digunakan selama 20 tahun. “Ada sesuatu yang bisa diceritakan kepada anak dan cucu nantinya,” tutupnya.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Xpresikan Komentar sobat disini sesuka hati, sesuai dengan Tuntunan Demokrasi dan tanpa menyakiti siapapun yang tak layak disakiti !!!
No Spam
No Life Link
No Sara
No Teror