Rabu, April 04, 2012

7 Kasus menggemparkan di Indonesia

1. SUMANTO
2. ROBOT GEDEK
3. FERI IDHAM HENYANSYAH(RIAN)
4. DUKUN AS (AHMAD SURADJI)
5. BABE BAEKUNI
6. DUKUN USEP
7. RIO MARTIL (RIO ALEX BULO)
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 08:02:00 PM

Rio Martil


PURWOKERTO, KAMIS - Lewat tengah malam ini, Kamis (7/8 ), habis sudah masa 3×24 jam penantian eksekusi terhadap Rio Alex Bullo (30), terpidana mati kasus pembunuhan berantai yang terjadi tahun 1997-2001.Sesuai dengan Undang-undang Nomor 2/PNPS/1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati, maksimal tiga hari sejak permintaan terakhir terpidana dikabulkan, eksekusi bisa dikabulkan.

Senin (4/8) permintaan Rio sudah dikabulkan, yaitu bertemu dengan isterinya Tuti Alawiyah dan ketiga anaknya Jerry, Jessica, dan Jenny. Mereka bertemu di LP Purwokerto, Senin malam. Hari Senin itu juga Rio sudah menandatangani berita acara eksekusi. Sesuai ketentuan pula eksekusi dilakukan secara tertutup. Tidak boleh dipublikasikan.

Sebelumnya, Asisten Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Monang Pardede mengatakan bahwa ketentuan pelaksanaan eksekusi dilakukan dalam kurun waktu 3×24 jam setelah terpidana masuk sel isolasi atau setelah penandatangan berita acara pelaksanaan eksekusi.

Rio Alex Bulo sudah mendekam di sel isolasi LP Purwokerto sejak Minggu (3/8), sekitar pukul 23.00 WIB, setelah sebelumnya berada di LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, Cilacap.

Namun, hingga Kamis (7/8) dinihari belum ada tanda-tanda kapan eksekusi akan dilaksanakan. Puluhan wartawan masih berkerumun di depan LP Purwokerto. Lebih dari seratus masyarakat juga ikut berkumpul di sana. Laiknya wartawan, sebagian masyarakat juga terlihat membawa kamera foto maupun kamera video.

Rio Alex Bullo divonis mati Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto karena melakukan pembunuhan sadis terhadap seorang pengacara terkenal sekaligus pemilik persewaan mobil di Purwokerto, Jeje Suraji (39), di Hotel Rosenda Baturaden, 21 Januari 2001.

Selama 1997-2001, terpidana telah membunuh sedikitnya empat orang pemilik atau pengelola rental mobil. Pembunuhan itu merupakan cara terpidana untuk membawa lari mobil yang disewa dari para pemilik atau pengelola rental tersebut.

Setiap melancarkan aksinya, terpidana selalu menyiapkan dua buah martil untuk memukul kepala korbannya. Karena itu pula, terpidana diberi julukan Rio Si Martil Maut. Namun, selama mendekam di LP Nusakambangan, terpidana juga pernah membunuh teman satu penjaranya, Iwan Zulkarnaen.


info : kompas
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 07:46:00 PM

Dukun Usep


LEBAK, SABTU - Tubagus Yusuf Maulana atau yang lebih dikenal dengan nama Dukun Usep, terpidana mati kasus pembunuhan berencana, akhirnya dieksekusi regu tembak Brigade Mobil (Brimob), Jumat (18/7) sekitar pukul 22.30 WIB.

Eksekusi dilakukan di sebuah hutan di daerah Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten. Menurut Kepala Kejaksaan Tinggi Banten Lari Gau Samad, Usep tewas setelah 10 menit ditembak dengan tiga peluru di tubuhnya. Setelah diputuskan tewas, jenazah Usep diotopsi di Puskesmas Cimarga, lalu dibawa ke rumah keluarganya di Cikareo, Kecamatan Cileles, Lebak, Banten, untuk dimakamkan.

Usep divonis mati Pengadilan Negeri Rangkasbitung pada 10 Maret 2008 karena terbukti bersalah melakukan pembunuhan berencana terhadap delapan orang yang ingin menggandakan uang melalui bank gaib. Para korban mengenal Usep sebagai seorang dukun yang mampu menggandakan uang. Namun, mereka akhirnya dihabisi Usep bersama lima rekannya.

Pembunuhan terhadap delapan pasiennya itu melalui upacara ritual dengan memberi minuman beracun. Ritual dan minuman itu diyakini korban dapat menggandakan uang. Pembunuhan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada 17 Mei 2007 sebanyak lima orang dibunuh, dan pada 19 Juli 2007, tiga korban kembali dibunuh.

Ritual yang harus dilakukan adalah dengan menyuruh para korban menggali lubang yang sudah disiapkan oleh Usep. Setelah penggalian tanah, korban diberi minuman racun yang warnanya hitam. Pembunuhan itu dilakukan untuk menguasai uang yang disyaratkan pelaku karena setiap korban harus menyediakan uang Rp 20 juta. Terungkapnya kasus pembunuhan ini bermula dari laporan keluarga korban, Dewi (30), dan anaknya, St (18), ke Polres Lebak bahwa Dewi kehilangan suaminya selama tiga hari. (NTA)

Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 07:16:00 PM

Babe baekuni

indosiar.com, Jakarta - Aparat kepolisian terus mengembangkan kasus mutilasi anak-anak jalanan, dengan memeriksa Babe alias Baekuni, pedagang asongan yang menjadi pelaku. Jumlah korban yang diakuipun terus bertambah. Setiap hari selalu ada nama baru yang ia sebut.

Mengapa Baekuni melakukan semua itu? Tak disangka, ia bersedia melayani permintaan wartawan, membeberkan prilaku kejamnya, menghabisi korban-korbannya secara sadis setelah puas melampiaskan nafsu seksnya kepada anak-anak jalanan itu.

Menurut Baekuni, perkenalannya dengan anak-anak terjadi pada 1999, dua tahun pertamanya di Jakarta, saat ia alih profesi dari supir angkot ke pedagang asongan, dan berkenalan dengan banyak anak jalanan. Iapun seperti menjadi pelindung bagi anak-anak jalanan itu.

Salah seorang dari mereka bernama Aris, korban pertamanya.

Baekuni mengaku, sebenarnya ia penyayang anak. Terlebih dua pernikahannya tak membuahkan keturunan.

Ia mengaku, menyodomi anak karena masa lalunya juga pernah disodomi, saat ia berusia 15 tahun.

Cara yang ia pakai selalu sama dan sangat konvensional. Calon korban ia bawa ke rumah kontrakan, dan di situ sang korban dijerat lehernya dengan tali.

Menurut Baekuni, ia menyodomi setelah korban tewas, bukan karena ia memiliki kelainan senang menyetubuhi mayat, seperti dituduhkan masyarakat, tapi lebih karena ia takut korban menjerit.

Tapi mengapa harus dimutilasi? Menurut Baekuni, ia selalu dilanda kebingunan dengan jasad korbannya.

Baekuni mengatakan, mereka yang dibunuh umumnya karena sejak pertama dibawa sudah menolak dan melawan. Ia takut, jika tak dibunuh, setelahnya korban akan cerita ke orang lain.

Menurut Baekuni, tak semua anak yang ia bawa ke rumah kontrakannya, berakhir dengan kematian. Ada juga yang ia biarkan hidup.

Lalu mengapa Ardiansyah, korban terakhir, dibunuh juga, padahal ia kenal baik dengan orang tua sang bocah? Inilah pedofilia sejati, ia mengaku tak bisa menahan nafsu melihat tubuh Ardiansyah yang berkulit mulus dan tampan.

Korban Baekuni terus bertambah, sesuai keterangan yang ia berikan dalam pemeriksaan setiap harinya.

Baekuni di mata anak-anak binaannya, memiliki kepribadian ganda. Saat di keramaian ia bak pahlawan, menjadi pelindung bagi mereka. Tapi di saat lain, ia sebagai sosok mengerikan, terutama bagi mereka yang tak memberikan setoran sesuai target yang ia tetapkan.

Polisi terus mengembangkan kasus ini, dan dua hari lalu coba mengecek kebenaran ucapan Baekuni, dengan membawa laki-laki ini ke Kuningan, Jawa Barat, melacak jenasah Aris dan Teguh, yang diakui jenasahnya dibuang di kampung halamannya ini.

Orang tua korban Ardiansyah, telah pula menerima jenasah anak mereka, untuk dikuburkan secara baik-baik.

Berapa sebenarnya anak korban kekejian Baekuni, masih belum jelas. Kemarin, Kabid Humas Polda Jaya, Kombes Pol Boy Rafli Amar mengungkap, korban Baekuni bertambah dua orang lagi, atas nama Irwan dan Ardi, berusia sekitar 12 tahun. Irwan dibunuh tahun 1995 di Jakarta dan jasadnya dibuang ke Purworejo, Jawa Tengah. Sedang Ardi dibunuh di Jakarta tahun 2004 lalu dan jenasahnya dibuang di Magelang, Jawa Tengah.

Anak jalanan memang masuk dalam kehidupan keras, terutama di kota metropolitan seperti Jakarta. Mereka mengalami kekerasan fisik, sampai kekerasan seksual, hingga berujung kematian. Orang-orang jahat seperti Baekuni ada di sekitar dan mengintai mereka. Ambil contoh bocah bernama Aji dan temannya Kiki, yang kami temui di perempatan Tomang, Jakarta Barat ini. Karena alasan ekonomi, mereka terperangkap kehidupan jalanan.

Peran pemerintah memang sangat ditunggu untuk memecahkan masalah ini, sesuai amanat undang-undang dasar.

Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, pemerintah saat ini sedang menggulirkan program Kota Ramah Anak, yang untuk tahap awal coba dilakukan di lima kota.

Linda, dan utamanya kita tentu berharap, pemerintah cepat mengambil langkah konkrit. Anak, bagaimanapun adalah pemilik masa depan. Mereka harus tumbuh dan berkembang normal. Mereka juga harus dilindungi dari tangan-tangan jahat, menjadikan mereka sebagai alat pemuas nafsu durjana, seperti yang dilakukan Robot Gedek, Baekuni dan pedofilia yang masih bergentayangan di jalanan.(Tim liputan/Ijs)
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 03:33:00 PM

Dukun A.S (Ahmad suradji)


Disaksikan pejabat-pejabat Sumut, pembunuh 42 wanita Ahmad Suradji sudah dieksekusi pada malam hari di kawasan kebun.
Ahmad Suradji atau yang lebih dikenal sebagai Dukun A.S alias Datuk alias Nasib Kelewang dipidana mati oleh Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Sumut, pada 1998. Dia membunuh 42 perempuan di ladang tebu PT Perkebunan Nusantara II, Desa Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, antara tahun 1984 dan 1997. Pembunuhan itu dilakukannya sebagai syarat menuntut ilmu hitam.Banyak koran terbitan Medan dan Jakarta maupun televisi nasional yang memberitakan eksekusi terhadap Ahmad Suradji pada 10 Juli 2008 lalu. Salah satu media yang menulisnya dengan informasi cukup lengkap adalah harian Sumut Pos, seperti dikutip Blog Berita di bawah ini.
Ujung laras senjata tim eksekutor rupanya tidak jauh dari tubuh Ahmad Suraji alias Dukun AS, ketika ditembak di pinggir rawa-rawa, Kamis (10/7) malam. Sejumlah jejak di lokasi, menguatkan Dukun AS ditembak dari jarak kira-kira tiga meter dari tempat tim eksekuyor berdiri. Empat selongsong dan satu proyektil juga ditemukan di lokasi. Pengamatan wartawan koran ini di lokasi, sejumlah jejak telapak sepatu PDL, tampak jelas. Kondisi tanah lembab dan sebagian basah karena gerimis, Jumat dinihari di kebun PT Medan Star, Desa Tanah Abang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Jejak sepatu itu berbaris sejajar di atas tanah sekira 5×5 meter. Tampak bekas jejak sepatu sudah dibersihkan.
Dari pengamatan koran ini, Dukun AS disandarkan ke pohon sawit di dataran rendah dekat dengan rawa-rawa. Jarak antara posisi berdiri eksekutor ke titik pangkal pohon sawit, sekira 4 meter. Keseluruhan dataran rendah pinggir rawa itu, tidak lebih dari 75 meter persegi. Ada tiga bekas lubang saling berdekatan di pohon sawit itu. Tingginya dari atas tanah sekira 150 centimeter. Dari bekas lubang itu, wartawan koran ini menemukan proyektil peluru tajam kaliber 5,56 milimeter yang diperkirakan dimuntahkan dari Senapan Serbu generasi kedua atau SS-2 buatan PT Pindad. Sedangkan empat selongsong ditemukan di posisi berdiri jejak sepatu PDL itu.
Jika ditarik garis dan arah sesuai petunjuk jarum kompas, posisi regu tembak dari Timur Laut sedang Dukun AS (sasaran tembak) berposisi di Barat Daya. Di belakang Dukun AS, adalah permukaan tanah miring. Sehingga, dari sudut regu tembak, walaupun tembakan meleset, pelurunya tidak nyasar melainkan menancap ke tanah.
Barang sisa lainnya di lokasi eksekusi juga memberi petunjuk, seperti tali, kawat dan stiker dua sisi (hitam dan putih) yang berlubang hingga koyak tertembus peluru. Namun, lubang di stiker berbentuk lingkaran itu tidak persis di tengah. Stiker itu merupakan penunjuk fokus tembakan yang ditempelkan di tubuh Dukun AS. Di stiker itu masih ditemukan bercak darah. Lokasi eksekusi ini bercak darah tampak jelas di pohon sawit. Bahkan, sebagian darah itu mengalir ke permukaan tanah mengikuti batang sawit, menyerupai tirisan getah latex. Semut merah sudah datang mengeburungi, dan belum tercium bau amis.
Wartawan media cetak dan elektronik hilir mudik memasuki daerah perkebunan itu kemarin. Hingga warga setempat merasa heran dan bertanya-tanya. Rupanya, lokasi eksekusi itu belum begitu jelas diketahui warga setempat. Demikian juga suara letusan Kamis malam dari pinggir rawa di kebun karet.
Jarak titik eksekusi ke rumah paling pinggir Dusun VI, Desa Jaharun B, kurang lebih 500 meter jika ditarik garis lurus. Yang memisahkan adalah rawa-rawa, sawah dan sungai kecil sebagai batas desa. Tidak ada rerimbunan pohon sebagai penghalang resonansi suara.
Lima orang warga Dusun VI yang ditanyai terpisah, tidak mengetahui di dekat rumahnya ada eksekusi Dukun AS. Setahu mereka, tim gabungan anggota Brimob Poldasu sedang mengejar penjahat kelas ulung. “Jalan diblokir malam itu. Kami tidak bisa masuk dari Jalan Pandu ke Dusun VI ini, terpaksa kami mutar,” ujar seorang warga. Mereka tidak bersedia dikutip namanya. “Payah kami nanti,” ujarnya polos.
Pria berusia 30-an tahun melanjutkan, ketika ditanya kepada anggota Brimob yang memblokir jalan ,”Katanya mereka sedang mengejar penjahat kelas kakap. Diperkirakan lari ke Kebun Medan Star itu, jadi dikepung,” lanjutnya.
Warga lainnya, mengaku ada mendengar letusan satu kali, ada mengaku dengar dua kali. “Kami dengar letusan. Tapi ya biasa aja karena sering dengar suara tembakan latihan,” kata warga. Suara tembakan latihan dimaksud adalah ketika Batalyon Asam Kumbang berlatih yang tidak jauh dari pemukiman. Yang dikhawatirkan masyarakat justru yang berbau mistis setelah mereka tahu Dukun AS dieksekusi dekat rumahnya.
“Aduhh…, jadi takut. Mungkin hantunya di sini,” kata warga lainnya bertingkah merinding. Mereka bilang semakin takut keluar malam.
Hati-hati dan selalu memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Prinsip inilah yang mengilhami tim eksekutor dalam menjalankan tugasnya untuk mengeksekusi terpidana mati Ahmad Suradji alias Dukun AS. “Kami tidak mau takabur dan gegabah dalam proses eksekusi ini, segala kemukinan kecil yang terjadi kami antisipasi,” kata Tengku Suhaimi Idris SH, Koordinator Tim Eksekusi Dukun AS saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Kejatisu Jalan AH Nasution. Salah satu antisipasi yang dilakukan Suhaimi adalah kemungkinan Dukun AS masih memiliki kekebalan tubuh. Pasalnya semua orang tahu bahwa Dukun AS adalah “orang hebat”.
Kemudian Suhami yang kini menjabat sebagai Asisten Pidana Umum (Aspidum) Kejatisu ini memerintahkan Kasi Pidum Kejari Lubuk Pakam Martinus SH untuk mencari penasehat spritual. Satu hari sebelum proses eksekusi Martinus bertemu dengan Drs H Ali Nafiah Nasution dari Yayasan Majelis Taklim Al Madani di LP Wanita Tanjung Gusta. Pertemuan itu bermaksud meminta tolong kepada Ali Nafiah untuk membuang semua ilmu yang dimiliki Dukun AS agar proses eksekusi nantinya berjalan dengan baik dan lancar.
“Bukan Pak Suhaimi takut, tapi beliau sangat berhati-hati dan mempertimbangkan hal sekecil apa pun yang akan terjadi,” kata Martinus. Kemudian dari pertemuan itu, Ali Nafiah yang masih kakak seperguruan Dukun AS langsung membuang semua ilmu yang dimiliki Dukun AS.
Buktinya, saat pelaksanaan eksekusi, Martinus yang juga hadir dalam proses eksekusi menyaksikan bahwa penembakan Dukun AS berjalan lancar. Dengan waktu lebih kurang tiga menit setelah penembakan, Dukun AS meninggal dunia. Proses eksekusi itu juga disaksikan Kajatisu Gortap Marbun, Wakajatisu Dimas Sukadis MM, Kapolres Deli Serdang, Kajari Lubuk Pakam, Direktur Reskrim Poldasu, Komandan Brimob, dan jajaran pengamanan lainnya. [Sumut Pos/jab/dra/btr]
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 03:22:00 PM

Kasus Ryan, Serial Killer

Berawal dari terungkapnya sebuah kasus mutilasi di Jakarta pada pertengahan Juli 2008, polisi menemukan hubungan dengan hilangnya 10 orang lain di Jombang. Very Idam Henyansyah alias Ryan ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi atas kasus mutilasi yang menimpa Ir. Heri Santoso tersebut.

Ketika akan ditangkap dalam kasus pembunuhan dan mutilasi Heri Santoso, Ryan mengaku bernama Vincent. Setelah ditekan penyidik, barulah ia mengaku bernama Ryan. Belakangan diketahui, Vincent adalah salah satu korbannya yang dibunuh dan dikubur di Jombang. Korban lainnya yang dihabisi di Jombang adalah Ariel Somba Sitanggang, Guntur, dan Brandy yang warga negara Belanda.Setelah kasus pembunuhan itu terbongkar, penyidik Satuan Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya yang berangkat ke Jawa Timur kebanjiran pesan pendek dan telepon dari warga. Mereka mengabari tentang orang hilang, bertanya, sampai menyemangati petugas.
Empat korban lainnya dibantai di rumah orangtua tersangka kemudian dikubur di belakang rumah. Pembantaian mengerikan itu dilakukan Ryan dalam 12 bulan terakhir ini. Di halaman belakang rumah orangtuanya itulah, polisi menemukan empat kerangka pria yang dikubur secara terpisah. Keempat korban ini dibunuh dengan cara dipukul pakai batu dan linggis. Pembunuhan dan penguburan korban dilakukan malam hari. Di lokasi itu, polisi menyita barang bukti, antara lain linggis, batu, dan tali.

Untuk menjaga hal yang tidak diinginkan, terutama adanya ada balas dendam, rumah tersangka dijaga ketat. Bahkan Detesement 88 Anti Teror Polda Jatim, diterjunkan. Kepada petugas, Ryan mengakui dia membunuh karena sakit hati. Namun, alasan pelaku dicurigai polisi sebagai alasan yang tidak masuk akal.

Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Depok, Senin, 06 April 2009, menjatuhkan hukuman mati bagi Very Idham Henyansyah alias Ryan bin Ahmad, karena terbukti bersalah melakukan pembunuhan dengan mutilasi atas Hery Santoso.
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 03:09:00 PM

Kasus Sodomi Robot Gedek

Pria bertubuh kecil, bertinggi badan tidak lebih dari 150 cm, dan apabila berjalan kerap kali menggoyang-goyangkan kepalanya ialah Robot Gedek (33), pelaku sodomi dan pembunuhan sejumlah bocah laki-laki di Jakarta. Pria yang kesehariannya adalah pemulung dan gelandangan ini ditangkap polisi di Stasiun KA Tegal pada Sabtu, 27 Juli 1996. Pelaku sodomi dan pembunuhan ini kemudian diperiksa dan ditahan di tahanan Polres Jakarta Pusat. Menurut penuturan si pelaku jumlah korban yang telah disodomi lalu dibunuh mencapai delapan anak jalanan yang berusia antara 11-15 tahun dan dilakukannya selama dua tahun di Jakarta dan dua lagi di Jawa Tengah (Kroya dan Pekalongan).

Pria kelahiran Ketandan, Batang, Jawa Tengah dan sejak umur empat tahun telah menjadi anak jalanan di Jakarta ini mengaku puas dengan apa yang telah dilakukannya terhadap para korban. Pria berinisial Sis ini mengaku mendekati dan membujuk korban hanya dengan pemberian uang seribu-duaribu atau dengan mengajak mereka bermain dingdong atau ditraktir makan. Setelah terbujuk Sis mengajak korban ke tempat sepi lalu melakukan sodomi dan menghabisi nyawa korban dengan menjerat lehernya dengan tali rafia lalu menyayat perut korban yang sudah tak bernyawa itu dengan silet dan kemudian menghisap darah sang korban.

Setiap setelah melakukan perbuatan tersebut, Sis alias Robort Gedek mengaku puas dan merasa tak bersalah dan tidak takut masuk penjara apalagi dosa.

Semua itu dilakukan demi kepuasaan seksnya dan ia mengaku pusing kepala apabila dalam sebulan tidak melakukan perbuatan tersebut. Dalam menangani kasus ini Polres Metro Jakarta Pusat membutuhkan psikiater di Polda Metro Jaya untuk memeriksa kondisi kejiwaan si pelaku sebelum melakukan rekonstruksi peristiwa.

Pemeriksaan ini dilakukan karena diduga Robot Gedek mengalami kelainan jiwa atau perilaku seksual menyimpang. Rekonstruksi dilakukan pada tengah malam pukul 23.45, Rabu 14 Agustus 1996 dan Robot Gedek didampingi penasehat hukumnya, Najdab Khan. Rekonstruksi itu berjalan baik dan lancar selama dua setengah jam, dibawah pimpinan Kasatserse Polres Jakarta Pusat Kapten (Pol) Edward Syah Pernong dan turut pula Kapolres Metro Jakarta Pusat Letkol Abubakar Nataprawira.

Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 03:04:00 PM

Demi Cinta, Sumanto Kanibal Makan Sayur

CINTA, sesuatu yang ada tapi tak berwujud, benar-benar mampu mengubah hati sebebal Sumanto. Lama tak terdengar kabarnya, dia yang dikenal sebagai kanibal, kini kembali muncul. Bukan sepotong daging yang ia cari, melainkan sepotong cinta disertai janji tak akan lagi menjadi kanibal. Ia akan makan sayur demi cinta.

“Saya suka daging, semua jenis daging selama itu matang. Tapi saya sudah tidak makan daging manusia lagi,” ujarnya dari sebuah pondok rehabilitasi Islam di daerah Jawa Tengah, Senin, 20 Juli.
Setelah menghabiskan bertahun-tahun di penjara dalam kesendiriannya, ia kini mencari cinta.

“Apa artinya cinta. Bagaimana saya bisa menggambarkannya jika tak pernah mengalami dan merasakan cinta?” katanya. Sumanto mengatakan hari-hari kanibalnya kini telah usai dan sayur bayam adalah satu-satunya yang ada dalam menunya. Namun, semua itu susah payah ia lakukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan penduduk desa.

“Saya sedih, orang banyak membicarakan hal yang buruk tentang saya. Saya akan terus berusaha agar mereka membuka hati dan menerima saya lagi,” lanjut Sumanto. Sayangnya, perjuangan arjuna mencari cinta ala-Sumanto itu akan sulit sebab penduduk desa masih trauma dengannya.

“Sumanto Si pemakan mayat itu pria temperamental yang suka mencuri nasi dan ayam kami,” kata seorang perempuan yang salah satu tetangga Sumanto. Ia mengatakan, tak akan pernah melupakan saat melihat Sumanto memakan semangkuk daging manusia berwarna kuning keputihan dengan kecap.

“Bakal kacau jika dia (Sumanto) kembali. Saya tak mau terbunuh dan dijadikan santap malam oleh Sumanto,” katanya. Sementara Si mantan kanibal yang mengaku sangat menyukai daging, rela memakan sayur-mayur yang dikatakannya sehat demi menemukan cinta itu.
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 4/04/2012 02:57:00 PM