BANDUNG– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung menyatakan sebanyak 14 dari 31 wilayah kecamatan masih kumuh dan semerawut.
Dalam waktu dekat, Pemkab akan menata ke-14 kecamatan itu. Bahkan, ke-14 camat itu akan dipanggil ke kantor bupati.“ Nanti kita akan memberi arahan kepada 14 camat itu agar segera menata dan membenahi wilayahnya.Kami tidak ingin ada satu kecamatan pun yang terlihat kumuh dan semerawut,” ujar Wakil Bupati Bandung, Deden Rukman Rumaji di Bandung, kemarin.
Ke-14 kecamatan itu terdiri Dayeuhkolot, Baleendah, Majalaya, Ciparay, Banjaran, Soreang, Cileunyi, Rancaekek, Soreang, Ciwidey, Pangalengan, Bojongsoang, Katapang, dan Margahayu. Deden mengatakan, kekumuhan dan kesemrawutanitu diakibatkan berbagai faktor. Di antaranya, sampah yang berserakan, pedagang kaki lima (PKL) yang menggelar dagangan seenaknya, dan kurangnya kesadaran warga setempat tentang pentingnya kebersihan.
Dia menegaskan, Pemkab akan melibatkan semua unsur masyarakat untuk member-sihkan sekaligus menata wilayahnya agar bersih dan indah. “Tanpa peran serta masyarakat, mustahil menciptakan lingkunganbersih dan sehat,” katanya. Menurut Deden, ke-14 kecamatan itu memiiki populasi penduduk yang cukup padat. Mayoritas aktivitas kesehariannya terkonsentrasi di pusat kota atau lebih dikenal dengan sebutan Alun-alun.
Pemkab pun akan melarang PKL menggelar barang dagangannya di Alun-alun. “Alun-alun harus steril dari PKL.Nanti PKL yang terlanjur jualan di Alun-alun akan kita pindahkan ke tempat yang tepat.Jadi kebijakan kita bukan menggusur, tapi menempatkan pada lokasi yang tepat. Kita juga akan adakan rekayasa lokasi, termasuk soal terminal kecamatannya,” tutur Deden.
Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah tampaknya menjadi kecamatan paling kotor dan semrawut. Di Jalan Raya Dayeuhkolot,tepatnya di depan Masjid Besar Dayeuhkolot, ratusan PKL menyesaki hampir semua trotoar bahkan badan jalan di tempat tersebut. Tak heran setiap hari jalan utama yang menghubungkan Dayeuhkolot dan Baleendah itu selalu macet.Pada musim hujan, kekumuhan makin menjadi karena tanah di pinggir jalan itu terlihat becek dan berlumpur.
Sementara itu di Baleendah, kondisinya hampir sama.Di Pasar Baleendah. Nyaris tak sejengkal tanah pun di pasar tersebut yang terlihat bersih.Sampah berserakan dan tanahnya becek dan berlumpur.Tak heran aroma bau menyengat terasa kuat setiap kali melewati Pasar Baleendah. iwa ahmad sugriwa
Site tempat berbagi aneka Berita dan Pengetahuan+Tutorial adobe photoshop
Kamis, Februari 09, 2012
14 Kecamatan Kumuh (http://www.seputar-indonesia.com)
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 2/09/2012 07:32:00 PM
Lahan Zipur Dayeuhkolot Diusulkan Jadi Waduk(antaranews.com)
Bandung (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Enggartiasto Lukito mengusulkan Kompleks Markas Komando dan Barak Batalyon Zipur 3 Dayeuhkolot dipindahkan dan lahannya difungsikan untuk daerah tangkapan air atau waduk.
"Untuk jangka panjang Mako dan barak Yon Zipur 3 Baleendah harus dipindahkan karena lokasinya rawan banjir, lahan seluas delapan hektare itu nantinya bisa digunakan untuk pengendalian banjir di sana," katanya di Bandung, Jumat.
Usulan untuk memindahkan Mako dan barak Yon Zipur 3 Dayeuhkolot itu dugulirkan setelah peninjuan yang dilakukan oleh Tim Komisi I DPR ke barak TNI di sana yang hingga kini masih tergenang banjir.
Menurut Enggar, kawasan tersebut ke depannya akan tetap menjadi langganan banjir karena lokasinya berada di titik terendah dan hampir rata dengan bantaran Sungai Citarum.
Data dari Badan Pengelola Balai Besar Sungai Citarum menyebutkan ada penyusutan daerah areal genangan banjir dari semula 13.000 hektare. Namun demikian banjir tidak akan bisa dihilangkan dari 1000 hektare lahan di DAS Citarum, salah satunya di kawasan Dayeuhkolot.
"Dengan kondisi rawan banjir seperti itu, lokasi Mako dan barak prajurit di sana tidak cocok lagi dan harus dipindahkan. Kami akan mendorongnya ke Dephan untuk pemindahan itu," kata politisi asal Cirebon Jawa Barat itu.
Ia mengaku prihatin karena banjir luapan Citarum itu juga menimpa keluraga prajurit yang saat ini tengah bertugas dalam misi Konga XXXVII di Kongo.(S033/A024)
Editor: AA Ariwibowo
"Untuk jangka panjang Mako dan barak Yon Zipur 3 Baleendah harus dipindahkan karena lokasinya rawan banjir, lahan seluas delapan hektare itu nantinya bisa digunakan untuk pengendalian banjir di sana," katanya di Bandung, Jumat.
Usulan untuk memindahkan Mako dan barak Yon Zipur 3 Dayeuhkolot itu dugulirkan setelah peninjuan yang dilakukan oleh Tim Komisi I DPR ke barak TNI di sana yang hingga kini masih tergenang banjir.
Menurut Enggar, kawasan tersebut ke depannya akan tetap menjadi langganan banjir karena lokasinya berada di titik terendah dan hampir rata dengan bantaran Sungai Citarum.
Data dari Badan Pengelola Balai Besar Sungai Citarum menyebutkan ada penyusutan daerah areal genangan banjir dari semula 13.000 hektare. Namun demikian banjir tidak akan bisa dihilangkan dari 1000 hektare lahan di DAS Citarum, salah satunya di kawasan Dayeuhkolot.
"Dengan kondisi rawan banjir seperti itu, lokasi Mako dan barak prajurit di sana tidak cocok lagi dan harus dipindahkan. Kami akan mendorongnya ke Dephan untuk pemindahan itu," kata politisi asal Cirebon Jawa Barat itu.
Ia mengaku prihatin karena banjir luapan Citarum itu juga menimpa keluraga prajurit yang saat ini tengah bertugas dalam misi Konga XXXVII di Kongo.(S033/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 2/09/2012 04:03:00 PM
Langganan:
Postingan (Atom)