Sebelum Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh dan menewaskan 45 orang di Gunung Salak, Jawa Barat, 9 Mei 2012, Pilot Alexandr Yablontsev terdengar mengobrol dengan seorang pilot senior Indonesia.
Obrolan itu seputar keunggulan jet Sukhoi yang diproduksi Rusia pada 2009. Pilot Indonesia itu--KNKT tak bisa mengidentifikasi--mewakili sebuah maskapai yang berniat membeli pesawat.
Saking asyiknya mengobrol, Yablontsev mengabaikan peringatan bahaya di kokpit dan permintaan kopilot Alexandr Kochetkov tentang cuaca. Yablontsev hanya punya 38 detik untuk menghindari tebing Gunung Salak.
Ini obrolan di dalam kokpit sebelum pesawat itu jatuh:
Ketinggian 9.996 kaki
14.26.22
Kochetkov: Tower, Romeo Alfa Three Six Eight Zero One request descend six thousand feet.
I Nyoman Oka Wirana (Pemandu Menara Jakarta Approach Terminal Timur): Six Eight Zero One request say again please.
Kochetkov: Descend to six thousand feet, Three Six Eight Zero One.
I Nyoman: Ok, copied.
14.27.52
Kochetkov: Dark cloud ahead.
Ketinggian 7.770 kaki
14.27.53 – 14.28.00
Yablonstev meminta KochetkovKochetkov bersiap turun ke runway 06 Halim. Ia memerintahkan kopilot memutarkan pesawat lagi sebelum turun ke 6.000 kaki.
Ketinggian 8.740
14.28.13
Kochetkov: Requested to Jakarta approach to make right orbit.
Menara Cengkareng
14.28.21
I Nyoman: Approved orbit to the right, 6.000 feet.
Ketinggian 6.012 kaki
14.28.26 – 14.30.44
Yablonstev mendemonstrasikan kemampuan pesawat menampilkan keadaan sekeliling pesawat. Di monitor hanya terlihat awan tebal.Kochetkov meyakinkan bahwa kadang-kadang monitor hanya menampilkan awan jika sedang terbang. Yablonstev juga menunjukkan cara sistem bahaya bekerja jika ada gunung atau pesawat lain di sekitar. Alat berbunyi, “Terrain.”
Yablonstev: “But no problem with terrain, at this moment.”
Orang ketiga (Diduga pilot Indonesia): “Ya, it's flat....”
Keduanya mengobrol lagi soal konsumsi avtur Sukhoi. Yablonstevmemerintahkan Kochetkov memutarkan jet sekali lagi. Melihat awan gelap merungkup, Kochetkov bertanya apakah akan kembali ke Halim. Karena sedang mengobrol, Yablontsev tak mendengar permintaan itu. Kopilot mesti mengulangnya hingga tiga kali.
Ketinggian 5.997,67 kaki
14.31.55
Yablonstev: We will make approach. Request exit right for approach.
14.31.58 – 14.32.44
Kochetkov menjawab ia akan memberi tahu menara kontrol jika sudah sepenuhnya berputar dan moncong jet mengarah ke Halim. Namun monitor di kokpit tak menunjukkan titik Halim karena awan kian tebal. Yablontsev meminta Kochetkov mengontak menara kontrol untuk minta dipandu mengarah ke Halim. Mereka tak sadar moncong pesawat mengarah ke Gunung Salak.
Ketinggian 6.011,69
14.32.46
Yablonstev: Come on, make request now! Just request quickly.
14.32.47
Kochetkov: Ok.
14.32.48-14.32.50
Sistem peringatan berbunyi “Terrain ahead pull up”, diikuti dengan “Avoid terrain”.
14.32.51
Kochetkov: What is that?
14.32.52 – 14.32.56
Alarm terus berbunyi hingga enam kali memerintahkan agar pesawat segera dinaikkan.
14.32.58
Yablonstev: Maybe... database.
14.33.19 – 14.33.21
Alat peringatan lain berbunyi “Gear not down” memberi tahu akan terjadi pendaratan namun ban pesawat belum diturunkan. Yablontsev, karena mengira ada masalah database kontur, mematikan alarm. Sistem lain berbunyi menunjukkan bahaya kian dekat.
14.33.23
Kochetkov: What is that?
Yablonstev mematikan semua alarm. Dua detik kemudian, blaar…, pesawat menumbuk dinding Gunung Salak.
Sumber: Tempo, KNKT
hhuh terlambat. udah menjadi jalan takdirnya begitu :) .
BalasHapus@MizTiabetul sekali sob, kecelakaan sukhoi digunung salak kental dengan nuansa kecerobohan.
BalasHapus