Kamis, Februari 28, 2013

Empat panglima perang Anas Urbaningrum


Setelah menyatakan pengunduran diri dari ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum tidak sendirian. Para loyalisnya terus setia menemani hari-hari Anas menghadapi proses hukum sebagai tersangka dugaan korupsi proyek Hambalang.

Di antara para loyalis Anas, ada empat orang yang dikenal selalu membentengi mantan ketua umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu. Saking setianya terhadap Anas, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hendrawan Supratikno, menyebut mereka sebagai panglima perang Anas.

Siapa saja mereka?

1. Saan Mustopa

Saan Mustopa dikenal sebagai sahabat Anas dari zaman mahasiswa hingga sekarang. Saat mahasiswa, Saan dan Anas sama-sama tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hingga kini, Saan juga yang paling setia menemani Anas, termasuk saat diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam dunia politik, Anas jelas lebih dulu populer dibanding Saan. Anas muncul ke permukaan setelah terpilih sebagai ketua umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada kongres ke-21 tahun 1997 di Yogyakarta. Itu kongres HMI yang disebut paling panas yang pernah digelar.

Bagaimana tidak, kongres di era Orde Baru itu diwarnai aduk fisik dan 'penculikan'. Sabotase saat penghitungan suara pun sempat terjadi. Meski awalnya underdog, Anas akhirnya menang cukup telak dengan 128 suara. Dia mengalahkan tiga saingan utamanya, yakni Viva Yoga Mauladi (80 suara), Umar Husein (65) dan Muzakir Ridha (43).

Kemenangan Anas saat itu disebut-sebut tak lepas dari jasa Saan Mustopa. Bagaimana tidak, Saan yang kala itu menjabat Ketua HMI Badan Koordinasi (Badko) Jawa Barat mendukung penuh Anas di saat hanya segelintir cabang yang mendukung Anas.

Awal kedekatan Anas dan Saan saat itu juga dibumbui oleh kisah penyusunan strategi bersama dalam pemungutan suara. Cerita punya cerita, strategi itu pulalah yang dipakai duet Anas-Saan dalam pemenangan Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010. Posisinya pun sama, Anas yang menjadi underdog bisa mengalahkan Andi Mallarangeng yang didukung mayoritas elite DPP.

Setelah Anas menjadi orang nomor satu di Demokrat, karier politik Saan pun otomatis terkatrol. Dalam penyusunan struktur DPP, politikus asal Karawang itu ditempatkan Anas menjadi wasekjen. Kini, saat sang sahabat dirundung masalah hukum, Saan pun tidak mundur. Keduanya masih bersama-sama untuk menghadapi persoalan yang entah akan bagaimana.

2. Gede Pasek Suardika

Gede Pasek Suardika memang bukan sahabat lama Anas seperti Saan. Namun loyalitas ketua Komisi III DPR ini terhadap Anas tak diragukan. Saat rekan-rekannya yang lain - seperti Ruhut Sitompul, Andi Nurpati - mundur teratur meninggalkan Anas, dia memilih bertahan.

Sama seperti Saan, Pasek juga tak pernah absen menemani Anas saat mantan ketua umum Partai Demokrat itu diperiksa KPK. Saat Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, Pasek juga langsung mengunjungi kediaman sahabatnya di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Sebelum duduk di Senayan, Pasek dikenal sebagai advokat di Bali. Pasek juga dikenal secara luas berkat aktivitasnya di organisasi dan LSM, serta tak luput dari garis keturunan keluarganya yang banyak dihormati oleh masyarakat Bali.

Di struktur DPP Demokrat 2010-2015, Pasek merupakan ketua DPP Partai Demokrat departemen Pemuda dan Olahraga.

3. Umar Arsal

Umar Arsal juga bukan sahabat lama Anas. Namun, anggota Komisi V DPR itu dikenal sebagai penangkis segala serangan yang diarahkan kepada Anas.

Sesaat setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi Hambalang Jumat pekan lalu, Umar juga langsung mengunjungi kediaman sahabatnya itu di Duren Sawit, Jakarta Timur. Dia juga menyatakan akan mengajak kader lain untuk membantu persoalan hukum Anas.

"Kita akan bergabung untuk menghadapi cobaan ini," ujar dia.

Sebelum duduk sebagai anggota DPR, Umar lebih dikenal sebagai seorang pengusaha asal Makassar. Dia pernah menjadi Ketua Kompartemen BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2003–2005. Pada periode yang sama, Umar juga mulai menapaki karier politiknya dengan menjadi wasekjen DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

4. M Rahmat

Meski kurang begitu dikenal publik dibanding sahabat Anas yang lain, M Rahmat adalah yang mengambil langkah paling ekstrim begitu Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Tidak menunggu lama, malam harinya Rahmat menyatakan mundur dari wakil direktur eksekutif DPP Partai Demokrat.

"Saya mengundurkan diri. Ini keputusan politik saya," kata Rahmat sebelum masuk ke rumah Anas Jumat pekan lalu.

Rahmat mengatakan, pengunduran dirinya adalah bentuk loyalitas dari murid kepada sang guru politik.

"Guru politik saya ada dua. SBY dan Anas Urbaningrum. Ketika guru saya keluar dari partai, maka sebagai murid saya ikuti jejak guru," ujar dia.
Sumber


Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 2/28/2013 07:02:00 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Xpresikan Komentar sobat disini sesuka hati, sesuai dengan Tuntunan Demokrasi dan tanpa menyakiti siapapun yang tak layak disakiti !!!
No Spam
No Life Link
No Sara
No Teror