Jumat, Maret 01, 2013

Cara Aman makan Mie Instan


Setelah makan mi instan perut kok terasa kembung. Makan mi instan mendatangkan penyakit juga bikin berat badan bertambah. Anak-anak sebaiknya jangan makan mi instan karena bikin bodoh. Sebaiknya jangan terlalu sering makan mi instan. Berbagai persepsi dan pengalaman makan mi instan ini boleh jadi akrab dengan keseharian Anda. Lantas, bagaimana seharusnya makan mi instan yang aman?
Prof C Hanny Wijaya, Food Science Expert dan Head of Food Chemistry Division IPB, mengatakan jika memilih makan mi instan penting untuk memerhatikan papan gizi pada kemasan mi instan.

“Yang paling dikhawatirkan saat makan mi instan adalah kandungan lemak tinggi pada mi, dan garam sodium dalam jumlah tinggi pada bumbu. Sodium inilah yang perlu dicermati, dan sebaiknya asupan sodium tak melebihi dari 300 mg per sajian. Perhatikan jumlah sodium di papan gizi,” jelas Prof Hanny saat peluncuran Tropicana Slim Low Fat Noodles di Jakarta.
Menurut Prof Hanny, tak ada aturan pasti seberapa sering boleh makan mi instan. Tapi penting bagi setiap orang untuk menjalankan pola makan dengan gizi seimbang dan kebiasaan makan yang baik juga memerhatikan unsur kesehatan.

Perlu dipahami bahwa mi instan yang terbuat dari tepung gandum memiliki kandungan karbohidrat yang sama pada nasi, kentang dan sumber karbohidrat lainnya. Jadi, jika Anda ingin makan mi instan, sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam sebaiknya kombinasikan dengan asupan gizi lainnya seperti serat, protein, bukan dengan tambahan karbohidrat seperti nasi.

“Makan mi instan setiap hari tak masalah asalkan jangan melupakan asupan buah, sayuran, protein selain juga lebih jeli memperhatikan tabel gizi dalam mi instan. Namun jangan juga sepanjang hari makan nasi, mie, kentang tanpa mengasup kebutuhan gizi lainnya, sehingga kebutuhan nutrisi tak seimbang,” jelasnya.
Ketidakseimbangan gizi inilah yang sebenarnya mendatangkan berbagai masalah atau penyakit. Bahkan pada anak-anak yang gemar makan mi instan, kebiasaan buruk seperti ini lantas dikaitkan dengan makan mi instan. Padahal, pola makam tak seimbang lah yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu misalnya. “Masalahnya boleh jadi bukan pada mi instannya namun pada asupan nutrisi yang tak seimbang,” jelasnya.
Sementara bagi mereka yang kerap merasa kembung setelah makan mi instan, Prof Hanny menjelaskan beberapa orang memang sensitif terhadap produk makanan dari gandum yang membuatnya kembung.
Selain juga, rasa kembung muncul ketika menyantap mi instan karena karbohidrat tak dicerna dengan sempurna lantaran proses memasak mi instan yang kurang matang. “Kalau tak bisa dicerna sempurna, makanan masuk ke usus besar lalu difermentasi oleh mikroba, sehingga akhirnya muncul rasa begah atau kembung,” jelas Susana STP, MSC, PD Eng, Head of Nutrifood Research Center Division kepada Kompas Female pada acara yang sama.
Susana menjelaskan, tak banyak orang yang mengalami alergi pada gandum. Namun jika mengalami kembung yang disebabkan alergi gandum, dan merasa tak nyaman sebaiknya jangan makan makanan pemicu alergi.
“Tapi pembatasan makanan tergantung efeknya terhadap tubuh. Reaksi alergi pada setiap orang bisa berbeda. Bisa gatal-gatal, asma, kembung dan lainnya,” ujarnya.
Menurut Susana, yang juga perlu diperhatikan saat makan mi instan, baik sebagai camilan atau makanan utama, sebaiknya jangan dimakan bersamaan dengan nasi. Ia menjelaskan, satu bungkus mi instan mengandung sekitar 200 kalori. Sementara 100 gram nasi seporsi semangkuk kecil mengandung 300-400 kalori.
Anda bisa kelebihan kalori dan asupan karbohidrat jika membiasakan makan mi instan dengan cara ini, apalagi jika tak dibarengi pola makan gizi seimbang, dengan mencukupi asupan lemak, protein, dan serat dari buah juga sayuran.
Sumber

Galery Berita Unik Dan Menarik
Galery Berita unik dan Menarik Updated at: 3/01/2013 04:40:00 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Xpresikan Komentar sobat disini sesuka hati, sesuai dengan Tuntunan Demokrasi dan tanpa menyakiti siapapun yang tak layak disakiti !!!
No Spam
No Life Link
No Sara
No Teror